BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya, gangguan tingkah laku adalah pola tingkah laku anak atau remaja yang berulang dan menetap dimana terjadi pelanggaran norma-norma sosial dan peraturan utama setempat. Gangguan tingkah laku tersebut mencakup perusakan benda, pencurian, berbohong berulang-ulang, pelanggaran serius terhadap peraturan, dan kekerasan terhadap hewan atau orang lain. Etiologi gangguan tingkah laku meliputi psikodinamika, faktor sosial, dinamika keluarga, pengelolaan jasmaniah yang tidak wajar dan biologis.
Sebelum mengklasifikasikan adanya gangguan perilaku pada usia anak-anak atau remaja, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengetahui apa yang dianggap normal pada usia tersebut. Untuk menentukan apa yang normal dan apa yang terganggu, khusus pada anak dan remaja yang perlu ditambahkan selain kriteria umum yang telah kita ketahui adalah faktor usia anak dan latar belakang budaya. Banyak masalah yang pertama kali teridentifikasi pada saat anak masuk sekolah. Masalah tersebut mungkin sudah muncul lebih awal tetapi masih ditoleransi, atau tidak dianggap sebagai masalah ketika di rumah. Kadang-kadang stres karena pertama kali masuk sekolah ikut mempengaruhi kemunculannya (onset). Namun, perlu diingat bahwa apa yang secara sosial dapat diterima pada usia tertentu, menjadi tidak dapat diterima di usia yang lebih besar. Banyak pola perilaku yang mungkin dianggap abnormal pada masa dewasa,dianggap normal pada usia tertentu.
Gangguan pada anak-anak ini sering kali dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu eksternalisasi dan internalisasi. Gangguan eksternalisasi ditandai dengan perilaku yang diarahkan ke luar diri, seperti agresivitas, ketidakpatuhan, overaktivitas, dan impulsivitas. Gangguan internalisasi ditandai dengan pengalaman dan perilaku yang lebih terfokus kedalam diri seperti depresi, menarik diri dari pergaulan social, dan kecemasan, termasuk juga anxietas dan mood dimasa anak-anak.
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ) – III, gangguan tingkah laku (F.91) digolongkan dalam Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset biasanya pada masa kanak dan remaja, yang merupakan salah satu gangguan yang dapat terjadi pada masa kanak, remaja, dan perkembangan. Sedangkan berdasarkan DSM-IV, gangguan tingkah laku tergolongkan gangguan eksternalisasi yang termasuk dalam kategori DSM-IV-TR bersama dengan Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) dan gangguan sikap menentang (GSM).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Ada beberapa materi yang akan disampaikan, antara lain:
1. Pengertian perilaku abnormal
2. Penyebab perilaku abnormal
3. Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku abnormal
4. Karakteristik perilaku abnormal
5. Jenis-jenis perilaku abnormal
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN PERILAKU ABNORMAL
Perilaku Abnormal adalah kondisi emosional seperti kecemasan dan depresi yang tidak sesuai dengan situasinya. Perilaku Abnormal terdiri dari dua kata yaitu Perilaku dan Abnormal, Perilaku menurut kamus bahasa Indonesia adalah tingkah laku seorang manusia/ sikap seorang manusia, sedangkan Abnormal dapat didefinisikan sebagai hal yang jarang terjadi (seperti kidal) atau penyimpangan dari kondisi rata-rata (seperti tinggi badan yang ekstrem). Abnormalitas umumnya ditentukan berdasarkan munculnya beberapa karakteristik sekaligus dan definisi terbaik untuk ini menggunakan beberapa kareakteristik Kejarangan statistik, Pelanggaran norma, distress pribadi, ketidakmampuan atau disfungi, dan repons yang tidak diharapkan (unexpectedness).
Sumber lain mengatakan Perilaku abnormal adalah perilaku yang menyimpang dari norma sosial. Karena setiap masyarakat mempunyai patokan atau norma tertentu, untuk perilaku yang sesuai dengan norma maka dapat diterima, sedangkan perilaku yang menyimpang secara mencolok dari norma ini dianggap abnormal. sehingga perilaku yang dianggap normal oleh suatu masyarakat mungkin dianggap tidak normal oleh masyarakat lain, jadi gagasan tentang kenormalan atau keabnormalan berbeda dari satu masyarakat lain dari waktu ke waktu dalam masyarakat yang sama.
Perilaku Abnormal yang terjadi pada kondisi emosional biasa terjadi kapan saja dalam kehidupan manusia, Mereka kadang-kadang bisa terjadi dan sudah terjadi dalam kehidupan orang lain.Sebuah masalah emosional dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan secara mental dan fisik.
2.2. PENYEBAB PERILAKU ABNORMAL
Penyebab prilaku abnormal ditinjau dari prilaku psikososial:
1. Trauma pada masa kanak-kanak
Contoh:ketika seorang anak melihat kedua orang tuanya bertengkar, maka tida menutup kemungkinan ia akan memutuskan untuk tidak menikah karena ia menganggap bahwa pernikahan menimbulkan penderitaan.
2. Deprivasi parental (kurangnya rangsangan emosi dari orang tua seperti pelukan, pujian, ciuman dan lain-lain)
Contoh : ketika ayah dan ibu si anak pergi berkerja setiap dini hari dan pulang setiap malam hari maka otomatis waktu bertemu orang tua dan anak sangat minim, sehingga anak kurang perhatian, pelukan, pujian, pengasuhan dan lain-lain dari orang tuannya, hal itu dapat berpengaruh pada perkembangan emosi dan mentalnya.
3. Hubungan orang tua dan anak yang tidak sehat
Contoh: pola asuh yang salah seperti seperti terlalu mengengkang, terlalu membebaskan, atau contoh yang buruk dari orang tua yang kemudian ditiru oleh sang anak.
4. Struktur keluarga yang tidak sehat
Contoh : orang tua kurang tepat dalam mendidik anaknya, orang tua yang anti sosial seperti pengedar narkoba/perampok, keluarga yang tidak akur dan bermasalah, keluarga yang tidak utuh.
5. Stres berat
Contoh : frustasi, merasa tidak diperhatikan dan lain-lain.
2.3. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ABNORMAL
Sebab – sebab perilaku Abnormal dapat ditinjau dari beberapa sudut, misalnya berdasarkan tahap berfungsinya dan menurut sumber asalnya. Kedua macam penggolongan tersebut disajikan sebagai berikut :
1. MENURUT TAHAP BERFUNGSINYA
Menurut tahap – tahap berfungsinya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Penyebab Primer ( Primary Cause )
Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul. Misalnya infeksi sipilis yang menyerang system syaraf pada kasus paresis general yaitu sejenis psikosis yang disertai paralysis atau kelumpuhan yang bersifat progresif atau berkembang secara bertahap sampai akhirnya penderita mengalami kelumpuhan total. Tanpa infeksi sipilis gangguan ini tidak mungkin menyerang seseorang.
2. Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause )
Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu dalam kondisi – kondisi tertentu di masa mendatang. Misalnya anak yang ditolak oleh orang tuanya (rejected child) mungkin menjadi lebih rentan dengan tekanan hidup sesudah dewasa dibandingkan dengan orang – orang yang memiliki dasar rasa aman yang lebih baik.
3. Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause )
Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan gangguan. Misalnya seorang wanita muda yang menjadi terganggu sesudah mengalami kekecewaan berat ditinggalkan oleh tunangannya. Contoh lain seorang pria setengah baya yang menjadi terganggu karena kecewa berat sesudah bisnis pakaiannya bangkrut.
4. Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause )
Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tinkah laku maladaptif yang sudah terjadi. Misalnya perhatian yang berlebihan pada seorang gadis yang ”sedang sakit” justru dapat menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggungjawab atas dirinya, dan menunda kesembuhannya.
5. Sirkulasi Faktor – Faktor Penyebab
Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal. Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan sebagai hubungan sebab akibat sederhana melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering menadi sumber penyebab sebagai abnormalitas . Misalnya sepasang suami istri menjalani konseling untuk mengatasi problem dalam hubungan perkawinan mereka. Sang suami menuduh istrinya senang berfoya – foya sedangkan sang suami hanya asyik dengan dirinya dan tidak memperhatikannya. Menurut versi sang suami dia jengkel keada istrinya karena suka berfoya – foya bersama teman – temannya. Jadi tidak lagi jelas mana sebab mana akibat.
2. MENURUT SUMBER ASALNYA
Berdasarkan sumber asalnya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat digolongkan sedikitnya menjadi tiga yaitu :
1. Faktor Biologis
Adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan ataupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari – hari seperti kelainan gen, kurang gizi, penyakit dsb. Pengaruh – pengaruh faktor biologis lazimnya bersifa menyeluruh. Artinya mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap stress.
2. Faktor – faktor psikososial
1. Trauma Di Masa Kanak – Kanak
Trauma Psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan harga diri sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya. Trauma psikologis yang dialami pada masa kanak – kanak cenderung akan terus dibawa sampai ke masa dewasa.
2. Deprivasi Parental
Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang tua, berupa kehangatan, kontak fisik,rangsangan intelektual, emosional dan social. Ada beberapa kemungkinan sebab misalnya :1. Dipisahkan dari orang tua dan dititipkan di panti asuhan, 2. Kurangnya perhatian dari pihak orang tua kendati tinggal bersama orang tua di rumah.
3. Hubungan orang tua – anak yang patogenik
Hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi, dalam hal ini hubungan antara orang tua dan anak yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak.
4. Struktur keluarga yang patogenik
Struktur keluarga sangat menentukan corak komunikasi yang berlangsung diantara para anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan pola komunikasi yang kurang sehat dan selanjutnya muncul pola gangguan perilaku pada sebagian anggotanya. Ada empat struktur keluarga yang melahirkan gangguan pada para anggotanya:
1) Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari.
Kehidupan keluarga karena berbagai macam sebab seperti tidak memiliki cukup sumber atau karena orang tua tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan secukupnya .
2) Keluarga yang antisosial
Keluarga yang menganut nilai – nilai yang bertentangan dengan masyarakat luas
3) Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang bermasalah
4) Keluarga yang tidak utuh
Keluarga dimana ayah / ibu yang tidak ada di rumah, entah karena sudah meninggal atau sebab lain seperti perceraian, ayah memiliki dua istri dll.
5. Stress berat
Stress adalah keadaan yang menekan khususnya secara psikologis. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab, seperti :
1) Frustasi yang menyebabkan hilangnya harga diri
2) Konflik nilai
3) Tekanan kehidupan modern
3. Faktor – Faktor Sosiokultural
Meliputi keadaan obyektif dalam masyarakat atau tuntutan dari masyarakat yang dapat berakibat menimbulkan tekanan dalam individu dan selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan seperti :
a. Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan,
b. Terpaksa menjalani peran social yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti menjadi tentara yang dalam peperangan harus membunuh.
c. Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu seperti berdasarkan agama, ras, suku dll
2.4. KARAKTERISTIK PERILAKU ABNORMAL
1. Karakteristik perilaku abnormal, antara lain :
1. Disfungsi Psikologis
menjalankan peran/fungsi dalam kehidupan; integrasi aspek kognitif, afektif, konatif/psikomotorik.
Contoh: seorang anak melihat ibunya bertengkar dengan ayahnya dan melihat ibunya dipukul/dianiaya oleh ayahnya dan kemudian kedua orangtuanya bercerai.
1. Aspek kognitif → perspektif anak terhadap ayahnya menjadi negatif, menurutnya ayahnya itu jahat, tidak mempunyai perasaan dan tidak sayang terhadap ibunya. Disekolah anak juga jadi tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar. Sehingga anak jadi malas belajar, sehingga nilai disekolah menurun. Menjadi pendiam disekolah dan tidak percaya diri.
2. Aspek afektif → anak menjadi sedih, khawatir, cemas dan takut apabila melihat ibunya bertengkar dengan ayahnya.
3. Aspek konatif → malas belajar, ingin memukul dan membunuh ayahnya
2. Distres (Impairment (Hendaya)
menunjukkan pada keadaan “merusak” dirinya baik secara fisik ataupun psikologis.
1. Secara Fisik → memukul-mukul tangannya ketembok/kekaca hingga berdarah, mengonsumsi narkoba, minuman beralkohol secara berlebihan.
2. Secara Psikologis → mengurung diri dikamar tidak mau makan, main game online di warnet hingga larut makan bahkan terkadang tidak pulang seharian.
3. Respon Atipikal (Secara Kultural Tidak Diharapkan)
Reaksi yang TIDAK sesuai dengan keadaan sosio kultural yang berlaku
Contoh : Teman-temannya mengolok-olok dan menjauhi dirinya karena dia berasal dari keluarga broken home dan karena dia sudah menjadi narapidana karena terlibat kasus narkoba. Ayahnya sudah tidak peduli lagi terhada keadaan ia dan ibunyanya sehingga ayahnya tidak mau sama sekali menemui anaknya dan istrinya lagi. Ibunya juga dirawat dirumah sakit jiwa.
2. Adapula dari sumber lain mengenai kriteria gangguan abnormalitas adalah sebagai berikut:
1. Abnormalitas menurut Konsepsi Statistik
Secara statistik suatu gejala dinyatakan sebagai abnormal bila menyimpang dari mayoritas. Dengan demikian seorang yang jenius sama- sama abnormalnya dengan seorang idiot, seorang yang jujur menjadi abnormal diantara komunitas orang yang tidak jujur.
2. Abnormal menurut Konsepsi Patologis
Berdasarkan konsepsi ini tingkah laku individu dinyatakan tidak normal bila terdapat simptom-simptom (tanda-tanda) klinis tertentu, misalnya ilusi, halusinasi, obsesi, fobia, dst. Sebaliknya individu yang tingkah lakunya tidak menunjukkan adanya simptom-simptom tersebut adalah individu yang normal.
3. Abnormal menurut Konsepsi Penyesuaian Pribadi
Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi masalah dirinya menunjukkan kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak normal.
4. Abnormal menurut Konsepsi Penderitaan/tekanan Pribadi
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu. Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan. Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik. Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan standar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.
5. Perilaku berbahaya
Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri ataupun orang lain dapat dikatakan abnormal.
6. Abnormalitas menurut Konsepsi Sosio-kultural
Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi maslah dirinya menunjukkan kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak normal.
7. Abnormalitas menurut Konsepsi Kematangan Pribadi
Menurut konsepsi kematangan pribadi, seseorang dinyatakan normal jiwanya bila dirinya telah menunjukkan kematangan pribadinya, yaitu bila dirinya mampu berperilaku sesuai dengan tingkat perkembangannya.
8. Disability (tidak stabil)
Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan.
• Seseorang yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya seseorang yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami disability dalam masalah seksual.
3. Menurut Elizabeth B. Hurlock ada tiga ciri perilaku abnormal, yaitu sebagai berikut:
1. Manic Syndrome
Gejala ini ditandai dengan ketidakmampuan seseorang dalam mengenali perubahan personality. Ia tidak dapat membedakan mana dirinya ketika ia sedih atau ketika ia sedang bahagia. Selain itu, ketidakmampuan ini pun terlihat dari gejala perubahan fisik maupun usia, tetapi kepribadiannya tidak berkembang. Mereka yang termasuk kedalam individu abnormal sering kali dikuasai oleh halusinasi. Seolah mereka mempunyai dunia sendiri, aktivitas merekapun sangat tidak dimengerti oleh orang-orang biasa. Gejala halusinasi ini kemudian diikuti oleh perlaku lainnya, seperti berbicara sendiri, banyak bicara, over aktif, juga menjadi tidak sabar. Adapun ciri lain dari Manic Syndrom dalam individu abnormal adalah tidak memiliki dorongan seksual. Mereka sama sekali pasif terhadap lawan jenis, bahkan terkadang mereka menganggapnya sebagai individu yang sama.
2. Psychopathic Personality
Dalam gejala Psichopathic Personality, seseorang yang dikatakan abnormal biasanya memiliki ego yang sangat tinggi. Mereka tidak mau tahu (karena memang mereka tidak mengerti) apapun tentang keadaan orang lain, yang terpenting bagi mereka adalah kepuasan terhadap ego.
Saat sedang tertawa dan bahagia, beberapa detik atau menit kemudian tiba-tiba menangis dan bersedih. Mungkin gejala perubahan emosi ini dipengaruhi pula oleh halusinasi. Mereka pun tidak jarang mengekspresikankan perasaan mereka, seperti cinta, marah, bahagia, sedih, atau takut dengan bentuk-bentuk perilaku yang sulit dikendalikan.
3. Deliquen Personality
Gejala ini ditampilkan dengan sikap pertahanan diri yang sangat kuat. Mereka yang abnormal seringkali mengunci diri dalam lingkungan yang sepi dan sendiri. Mereka seolah tidak ingin ada serangan yang datang terhadap dirinya sehingga mereka selalu mempertahankan diri atau membuat benteng pertahanan terhadap segala hal yang ada.
Gejala lain yang ditunjukkan adalah hiper-sensitif. Mereka dengan sangat cepat mengekspresikan rasa sedih, marah, takut, atau senang dengan hal-hal yang oleh orang normal biasa-biasa saja. Gejala hiper-sensitif inilah yang perlu diperhatikan ketika invidu abnormal berhubungan dengan orang lain, bisa-bisa terjadi pertengkaran karena yang satu tidak mengetahui dan memahami yang lainnya.
Bentuk lain dari Deliquen Personality adalah ketidakmampuan menurut terhadap peraturan yang disebut juga Diciplin Problems. Baik itu masalah kedisplinan yang berkaitan dengan aturan yang di rumah, ataupun di lingkungan masyarakat.
2.5 JENIS-JENIS PERILAKU ABNORMAL
1. PSIKOPAT
Disebut juga sosiopat, adalah kelainan perilaku yang berbentuk antisosial yaitu yang tidak mempedulikan norma – norma sosial .
2. KELAINAN SEXUAL
Ada 2 macam kelainan tingkah laku sexual yaitu :
1. Kelainan pada obyek
Cara seseorang memuaskan dorongan sexualnya normal, tetapi obyek yang dijadikan sasaran pemuasan lain dari biasanya, antara lain:
1. Homosex : Ketertarikan melakukan hubungan seks dengan sesama jenis ( pria )
2. Lesbian : Ketertarikan melakukan hubungan seks dengan sesama jenis ( wanita )
3. Pedofilia : Obyek pemuasan seksual adalah pada anak yang belum akil baligh
4. Fetisisme : Obyek pemuasan seksual adalah dengan benda mati seperti pakaian dalam, rambut.
5. Nekrofilia : Obyek pemuasan seksual adalah dengan mayat
6. Bestiality : Obyek pemuasan seksual adalah dengan binatang
7. Gerontoseksualitas : Obyek pemuasan seksual adalah dengan seseorang yang berusia lanjut
8. Incest : Obyek pemuasan seksual dengan sesama anggota keluarga yang tidak diperbolehkan melakukan pernikahan
2. Kelainan pada cara
Obyek pemuasan seksual tetap lawan jenis, tetapi dengan cara yang tidak biasa, contoh :
1. Ekshibisionis : Cara pemuasan seksual dengan memperlihatkan genetalianya kepada orang lain yang tidak dikenalnya
2. Voyeuris :Cara pemuasan seksual dengan melihat/ mengintip orang telanjang
3. Sadisme : Cara pemuasan seksual dengan menyakiti secara fisik dan psikologis obyek seksualnya
4. Masokisme : Cara pemuasan seksual dengan menyiksa diri sendiri
5. Frottage : Cara pemuasan seksual dengan meraba orang yang disenangi tanpa diketahui oleh korbannya
3. PSIKONEUROSIS
Kumpulan reaksi psikis dengan ciri spesifik kecemasan dan diekspresikan secara tidak sadar dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri, contoh :
1. Fugue : Bentuk gangguan mental disertai keinginan kuat untuk mengembara atau meninggalkan rumah karena amnesia
2. Somnabulisme : Keadaan tidur sambil berjalan dan melakukan suatu perbuatan
3. Multiple personality : Kepribadian ganda
4. Fobia : Ketakutan yang tiada sebab, irasional dan tidak logis walaupun sebenarnya tidak ada alasan untuk takut
5. Obsesi : Ide kuat yang bersifat terus menerus melekat dalam pikiran dan tidak mau hilang serta sering irasional
6. Histeria : Gangguan mental yang ditandai dengan perilaku yang cenderung dramatis, emosional dan reaksi berlebihan
7. Hipokondria : Kondisi kecemasan yang kronis, pasien selalu merasakan ketakutan yang patologis tentang kesehatan sendiri
4. PSIKOSIS
Disebut dengan kelainan kepribadian yang besar (Psychosis Mayor) karena seluruh kepribadian orang yang bersangkutan terkena dan orang tersebut tidak dapat lagi hidup dan bergaul normal dengan orang di sekitarnya
BAB 3
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Bahwa perilaku abnormal merupakan perilaku yang ditunjukan oleh seseorang baik dari tampilan luar maupun tampilan dalam atau juga dapat merupakan sebutan untuk masalah-maslah yang berkepanjangan atau bersifat kronis dan ganguan-gangguan yang gejala-gejalnya bersifat akut atau temporer. Perilaku abnormal dapat disebabkan gaya hidup seseorang yang dapat menyebabkan perilaku abnormal.
3.2. SARAN
. setelah kita mengetahui apa itu perilaku abnormal, faktor penyebab perilaku abnormal, karakteristik perilaku abnormal, dan jenis perilaku abnormal kita dapat menghindari dari segala sesuatu perilaku yang akan membawa kita ke perilaku abnormal, selalu berperilaku yang baik, selalu berfikir positif, dan melakukan gaya hidup yang sehat agar tidak membawa kita ke perilaku abnormal.